PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK) PUSKESMAS DI PROVINSI BALI

I. PENDAHULUAN

Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem, seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna.

Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu sendiri. Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu.

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).

Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :

1. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.

2. Informasi yang tersedia, tidak relevan.

3. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.

4. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.

5. Terlalu banyak informasi.

6. Informasi yang tersedia, tidak akurat.

7. Adanya duplikasi data (data redundancy).

8. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.

Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik). Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada di dalam organisasi. Sebagai pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada di dalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan system ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan integrasi sistem.

Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berjalan sendiri melainkan harus menjadi bagian dari sistem kesehatan dan harus dapat menyediakan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan berfungsi sebagai sistem untuk mengelola data kesehatan di suatu wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota yang mencakup rekaman, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data kesehatan dalam bentuk informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang manajerial.

Untuk mendukung hal tersebut maka Dinas Kesehatan Provinsi Bali membutuhkan suatu aplikasi yang dapat membantu melakukan manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan dalam hal pencatatan, perhitungan dan pelaporan yang ringkas, cepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan mutu dan pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Bali kepada masyarakat.

Dalam upaya mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas yang berbasis Teknologi Informasi. Prototipe SIK yang dikembangkan mengacu kepada kebutuhan informasi untuk pengelolaan klien dan unit pelayanan di tingkat puskesmas, SP2TP, Indikator SPM dan Indikator Indonesia Sehat 2010.

Dengan dikembangkannya Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas yang dapat menyajikan informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada masyarakat. Dengan demikian maka pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih fokus dan spesifik untuk suatu daerah. Hal ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kerja puskesmas. Untuk itu perlu ditingkatkan kevalidan data yang terdapat pada masukan input dimana hasil yang diinginkan nantinya dapat terjamin kevalidannya sehingga keputusan yang diambil oleh para pengambil keputusan dapat tepat pada sasaran.

II. PRA IMPLEMENTASI

Sektor kesehatan yang merupakan salah satu sektor pembangunan yang mendapat perhatian besar dari pemerintah maupun pihak luar, termasuk sektor yang sangat potensial untuk dapat diintegrasikan dengan kehadiran teknologi informasi. Alasan utama untuk menggunakan teknologi informasi di bidang kesehatan adalah agar mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara lebih efisien, meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja serta menguatkan fungsi strategik organisasi kesehatan dengan memanfaatkan informasi dan teknologi informasi secara efektif.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengembangkan ”SISTEM INFORMASI KESEHATAN PUSKESMAS (SIK) PUSKESMAS”.

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui sistem informasi yang terintegrasi di semua unit pelayanan Puskesmas di Provinsi Bali sehingga dapat meningkatkan kecepatan proses pada pelayanan, mempermudah akses data, pelaporan dan akurasi data sehingga menjadi lebih baik.

Ruang Lingkup SIK Puskesmas…….

Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Puskesmas (SIK) Puskesmas adalah dapat meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat melalui penerapan Sistem informasi Kesehatan Puskesmas yang terintegrasi dari semua unit pelayanan. Demikian pula dapat menyajikan informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada masyarakat.

Gambaran/Deskripsi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas) aspek teknis :

Perangkat Keras

Perangkat Lunak

Jaringan

Gambaran fungsi sistem informasi kesehatan (SIK) Puskesmas:

Fasilitas :

Modul :

Prototipe SIK Puskesmas terdiri dari 7 Sub Sistem yaitu :

1. Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data kependudukan terdiri dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi wafat dan mutasi pindah.

2. Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data ketenagaan. Data yang diolah adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan, riwayat jabatan, riwayat pendidikan, riwayat penjenjangan, riwayat latihan teknis/fungsional, data riwayat penghargaan serta data penugasan pegawai.

3. Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data sarana dan prasarana, seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah dan peralatan lainnya.

4. Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan secara garis besar saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut kegiatan dan sumber biaya.

5. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data pelayanan kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem rawat jalan yang meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat inap, rekam medis dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA dan GIZI, Kesling dan TTU, Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM, dan PERKESMAS.

6. Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-laporan, meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan program.

7. Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem seperti: membuat backup dan restore data, data recovery, user list and right assignment, user shortcut, short message over network.

Analisis

Standar data:

Biaya ;


III. IMPLEMENTASI

Kegiatan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas di Provinsi Bali akan dilakukan secara bertahap, megingat anggaran dalam pengembangan SIK tersebut sangat besar.

Kegiatan dalam melaksanakan uji coba implemetasi SIK Puskesmas di Provinsi Bali terdiri dari :

1. Sosialisasi SIK :

Kegiatan Sosialisasi SIK berupa kegiatan pertemuan antara Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, Tim Pengembang dari PS IKM UNUD dan Tim Pendamping dari Data Mandiri. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan SIK Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas menyangkut latar belakang pengembangan SIK, arsitektur komputer, cakupan data, cara komunikasi data, sarana pendukung dan kebijakan pendukung SIK.

2. Penyesuain Input dan Output SIK

Kegiatan ini juga berupa pertemuan yang dilaksankan di Kabupaten/Kota di wilayah puskesmas yang dipakai uji coba SIK. Tujuan kegiatan ini untuk memperkenalkan SIK Kabupaten dan Puskemas. Penyesuaian kebutuhan data program antara Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Puskesmas yang dipakai uji coba serta membahas format pelaporan.

3. Instalasi SIK

Kegiatan ini dilakukan Tim dari Data Mandiri yang didampingi Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali ke tempat lokasi puskesmas yang dipakai uji coba SIK berupa menginstal SIK Puskesmas, Instal anti virus, mensetting jaringan serta kegiatan lain sesuai kebutuhan puskesmas yang diuji coba. Kegiatan ini bertujuan agar komputer jaringan dan piranti lunak SIK di masing – masing puskesmas yang dipakai uji coba di Provinsi Bali terpasang dan terhubung.

4. Pelatihan Manajer dan Operator SIK

Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melatih petugas manajer dan operator SIK di setiap puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar memiliki skill untuk mengoperasikan SIK. Peserta untuk pelatihan manajer SIK terdiri dari 1 orang petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta 2 orang dari setiap puskesmas yang dipakai untuk uji coba SIK, sedangkan untuk peserta pelatihan operator SIK semua peserta pelatihan manajer SIK, ditambah 1 orang petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta 7 orang dari setiap puskesmas yang dipakai uji coba SIK.

5. Pendampingan SIK

Kegiatan pendampingan SIK dilaksanakan dengan mengunjungi setiap puskesmas yang dipakai uji coba SIK oleh Tim Data Mandiri yang didampingi oleh Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Tujuan pendampingan SIK adalah untuk menjamin kelancaran pengoperasian SIK di masing-masing puskemas uji coba serta memberikan bimbingan teknis pengoperasian SIK. Tim pendamping dari data mandiri akan mendampingi operator SIK secara teratur dari masing – masing unit sampai operator SIK dianggap mampu mengoperasikan SIK.

6. Monitoring SIK

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil perkembangan hasil program SIK Puskesmas di Provinsi Bali.

7. Penyempurnaan SIK

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan piranti lunak SIK sesuai hasil rekomendasi hasil uji coba. Kegiatan ini berupa pertemuan, perbaikan software serta pendampingan SIK di masing-masing puskemas.

SIK Puskesmas yang dikembangkan di Provinsi Bali memiliki 2 tipe atau model yang dapat diterapkan sesuai dengan ketersediaan komputer pada puskesmas, adapun model tersebut adalah:

1. Model A

Model ini dalam melakukan pelayanan dalam gedung, dilakukan secara online dan penginputan data dilakukan pada saat tengah berlangsung. Model ini membutuhkan setidaknya 5 unit komputer yang ditempatkan pada loket, apotek, dan ruang pelayanan ( BP, KIA, GIGI, dll).

2. Model B

Komputer yang dibutuhkan pada model ini hanya 2 unit, yang dapat diletakkkan pada loket dan ruang pelayanan (BP). Pada model data pelayanan BP diinputkan pada saat pelayanan dan data pelayanan yang lain diinputkan setelah pelayanan. Hal ini menuntut petugas khusus entry data setelah pelayanan untuk ruang pelayanan yang tidak tersedia komputer.

IV. PASCA IMPLEMENTASI

Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas (SIK) Puskesmaas yang telah dilaksanakan perlu dilakukan suatu evaluasi sistem. Evaluasi sistem informasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengembangan system informasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik dari segi waktu, biaya maupun teknis. Evaluasi sistem dilakukan juga untuk mengetahui efektifitas implementasi dan dampak positif pelayanan kesehatan yang diberikan.

Dalam melakukan evaluasi ada beberapa hal yang dapat dipergunakan yakni : wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dapat dilakukan terhadap pengguna, baik pengguna langsung ataupun pengguna tidak langsung. Observasi dapat dilakukan dengan mengamati secara langsung sistem komputerisasi sedangkan dokumentasi dapat dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh sistem komputerisasi, apakah lebih tepat, cepat dan akurat dibandingkan dengan dokumen yang dihasilkan oleh sistem sebelumnya.

Banyak teori yang menjelaskan mengenai model untuk menilai kesuksesan sistem informasi. Salah satunya adalah teori Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis tahun 1986. Berdasarkan teori tersebut maka penerapan Sistem Informasi Puskesmas (SIK) Puskesmas dievaluasi dengan fokus utama pada komponen manfaat/kegunaan yang dirasakan oleh user, sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi dan mengetahui kemudahan penggunaan oleh user.

V. KESIMPULAN

Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan informasi tersebut menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja, menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan dan menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal maupun global.

Tinggalkan komentar